Sejarah Bangsa Israel #4: Sejarah Israel Mengusir Bangsa Palestina



Sebagaimana diketahui, bumi Palestina itu sekarang berada di bawah jajahan Israel, yang sejak 1948 telah memproklamirkan dirinya menjadi sebuah negara. Namun sampai sekarang, belum semua negara di dunia mengakui negara Israel itu.

Menurut data-data yang tersedia, luas kawasan itu sekitar 20.323 km2. Letaknya persis di ujung timur Laut Nediterania. Sebelah utara dibatasi oleh Lebanon, sebelah timur oleh Syria dan Yordania, sebelah sekatan adalah Mesir. Kawasan ini terdiri dari batu-batuan dan  lembah subur, sumber air melimpah sepanjang pesisir Mediterania.
Sampai tahun 1989 tercatat jumlah penduduknya sekitar 4.477.000 jiwa. Dari jumlah itu, sekitar 600.000-nya adalah Bangsa Arab Palestina, sedang selebihnya adalah Bangsa Yahudi. Baik kelahiran Palestina maupun imigran yang berdatangan dari luar ngeri itu. Hampir 83% beragama Yahudi, selebihnya terdiri dari Islam, Kristen, dan sebagainya.
Kalau menuruti keterangan yang terdapat di dalam Injil, Israel itu adalah negeri Kanaan atau Palestina, merupakan tempat tinggal bangsa Ibrani. Sekitar tahun 1000 sebelum masehi (SM), Kerajaan Ibrani terbentuk di Jerussalem, yang dipimpin oleh Raja Daud. Kemudian diteruskan oleh anaknya yang bernama Sulaiman.
Konon, setelah Sulaiman meninggal, kerajaan itu sempat terpecah menjadi dua bagian. Yaitu Israel dan Judah. Tetapi akhirnya jatuh ke tangan Bangsa Assyria dan Babilonia. Bahkan kemudian jatuh lagi ke tangan Yunani dan Romawi.
Tetapi sejak abad ke-7, arab mulai menguasai kawasan ini. Kemudianbangsa Seljuk, Mamluk, dan Ottoman mendudukinya sejak abad ke 11. Sebetulnya sejak itu, kaum Yahudi sudah mulai terusir dari Palestina.
Baru pada tahun 1917, kaum Yahudi memperoleh bantuan dari Inggris. Mereka membantu kaum Yahudi untuk membentuk negara sendiri yang merdeka, lewat sebuah perjanjian yang bernama Perjanjian Ablfour. Tetapi baru tahun 1920 dapat ditandatangani perjanjian antara Inggris dengan Zionist, organisasi Bangsa Yahudi itu.
Perpindahan besar-besaran kaum Yahudi dari berbagai negara ke kawasan ini, terutama sejak teror Nazi tahun 1930-an. Mereka berbondong-bondong datang ke Palestina. Penduduk Arab yang tinggal di sana, ketika itu jelas-jelas menolak kedatangan mereka. Tetapi apa hendak dikata, PBB turun tangan membantu kaum Yahudi yang berdatangan terus-menerus itu.
Kemelut antara pendatang dengan penduduk asli terus berlanjut. Yaitu anatara Arab Palestina dengan kaum Yahudi. Sampai tahun 1947, PBB mengusulkan agar kawasan itu dibagi dua saja. Sebagian untuk kaum Yahudi atau Israel, dan sebagaian lagi untuk Bangsa Arab palestina. Namun tahun 1948, Israel memproklamirkan kemerdekaannya dengan mendapat bantuan dari Tentara Inggris. Sejak itulah meletusnya perang antara negara-negara Arab dan Israel tidak henti-hentinya.
Akibat perang besar ini, rakyat Palestina banyak yang menderita dan pergi meninggalkan tanah kelahirannya. Perkampungan mereka di bumi hanguskan oleh Israel, dan mereka bertebaran ke berbagai negara di sekitarnya. Menjadi pengungsi ke Jordania, Lebanon, dan Syria. Bahkan sebagaian telah menjadi warga negara setempat.
Setahun kemudian, perang berhenti. Gencatan senjata disetujui, tetapi hampir 50% kawasan itu jatuh ke tangan Israel. Persetujuan genjatan senjata ditandatangani oleh Israel dan negara-negara Arab. Namun tahun 1956, pasukan israel kembali melakukan aksi dengan melakukan penyerbuan ke Mesir. Akhirnya bangsa Yahudi itu berhasil menduduki Gurun Sinai dab jalur Gaza.
Tahun 1957, di bawah tekanan Amerika Serikat dan Uni Sovyet, Israel menarik mundur pasukannya sampai batas yang lama. Tetapu dengan satu jaminan dari Amerika Serikat, bahwa Israel dapat saja melewati Laut Merah meskipun di blokade oleh Mesir.
Sepuluh tahun kemudian, Mesir memblokade terusan Suez. Israel lagi dengan agresinya, sampai ke Gurun Sinai, Yordania, dan Syria. Perang berkecamuk selama 6 hari dengan menelan korban yang tak sedikit. Bahkan Israel berhasil menduduki seluruh Gurun Sinai, Jalur  Gaza, Jalur Timur Terusan Suez, wilayah barat Yordania, dan dataran tinggi Golan di Syria.
Sejak itulah perlawanan Bangsa Arab Palestina terus berlanjut, meski dengan cara gerilya sekalipun. Bahkan mereka aktif melakukan berbagai bentuk perjuangan di mancanegara. Sementara itu, Israel sendiri semakin gigih. Mereka sengaja menempatkan pasukannya di Lebanon untuk memerangi Bangsa Palestina yang ada di sana. Sementara itu, Bangsa Yahudi dari seluruh dunia mulai kembali ke Palestina yang dianggap sebagai tanah lelhurnya itu.
Akhirnya pada tahun 1973-1974, perang antara negara-negara Arab melawan Israel benar-benar pecah. Mesir, Syria, dan Irak melakukan serangan mendadak 6 Oktober 1973, bertepatan dengan hari sucinya Yahudi. Tetapi bulan Januari 1974, Mesir menandatangani gencatan senjata dengan Israel.
Meskipun perjanjian gencatan senjata dengan Syria akhirnya ditandatangni di bawah pengawasan PBB, namun serangan PLO dari pengungsian Palestina di Syria, terus berlanjut. Ternyata hal ini memang menyulitkan terwujudnya perdamaian antara Arab dan Israel. Tahu 1977, Israel masuk ke wilayah Libanon Selatan untuk menyerang gerilyawan Palestina. Namun tahun 1978, Israel menderita pengalaman buruk dengan jatuhnya korban 37 tewas dan 82 luka-luka.
Israel kemudian memindahkan pusat pemerintahannya dari Tel Aviv ke Jerussalem sejak 1980. Tahun berikutnya, mereka juga menghancurkan reaktor atom dekat Baghdad, Irak. Tahun 1982 mereka menyerbu Beirut Barat dengan maksud menghancurkan kamp-kamp pengungsi alestina. Tahun 1988, Palestina mengutuk Israel yang menyerang pengungsi di Tepi Barat dan Jalur Gaza secara sadis. Bentrokan terus berlanjut, baik di Palestina maupun di Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Tahun 1990, 8 Oktober lalu, 21 pemuda Palestina tewas di sekitar Masjidil Aqsha dan 80-an yang menderita luka berat, akibat bentrokan yang kesekian kalinya. Sejak Saddam Husein menuntut Amerika untuk mengusir Israel dari Palestina, simpati Arab telah berpindah dari Yase Arafat kepada Presiden Irak yang merebut Kuwait 2 Agustus 1990 lalu. Saddam Husein konon tak akan melepaskan Kuwait, sebelum Israel meninggalkan Palestina.
Bentrokan antara Arab Palestina dan orang-orang Yahudi itu terus berlangsung setiap hari, terutama di kota Jerusslem. Gerilyawan Intifada dan Hamas, tak pernah berhenti melakukan serangan. Meski untuk itu mereka harus berkorban besar, dengan terbunuhnya pemuda-pemuda Palestina.
Bumi Palestina yang disebut sebagai Ardhal Muqaddas, ternyata tak pernah aman. Setiap hari terdengar suara letusan, dan setiap hari pula jatuh korban. Kecemasan dan ketakutan bukan saja dirasakan oleh orang Arab Palestina, tetapi juga dirasakan oleh orang Yahudi itu. Entah sampai kapan kawasan ini berubah menjadi damai.
 Dikutip dari : Masjidil Aqsha Diambang Pintu Perang Teluk: Luqman Hakim Gayo
Previous
Next Post »
Thanks for your comment