Sejarah Bangsa Israel #2: Nabi Ishaq di Palestina


Setelah meninggalkan Siti Hajar dan anaknya Ismail di Mekah, Ibrahim kembali ke Palestina. Pada suatu hari Ibrahim kedatangan tamu, yaitu jelmaan Malaekat yang diutus oleh Allah SWT. Mereka berkata kepada Ibrahim, seperti dalam Al-Hijr 53: Qaalu, Ia taujal inna nubasyirruka bi ghulaamin ‘alim = Janganlah merasa takut, kami menggembirakan engkau dengan anak yang pandai.
Bahkan Ibrahim merasa tidak mungkin, mengingat usianya yang sudah hampir seratus tahun. Sementara istrinya juga sudah keriput. Tetapi Allah SWT berkehendak, maka usia tidak menjadi halangan. Ayat ini menerangkan, Ibrahim akan memperoleh seorang putra lagi dari Siti Sarah, yang kemudian bernama Ishaq.
Menurut catatan sejarah, Siti Sarah melahirkan Ishaq ketika berusia 90 tahun. Setelah kelahiran putranya itu, ia meninggal dunia. Sejak kelahiran Ismail, nama Abram atau Abraham diperintahkan oleh Allah SWT diganti Ibrahim. Konon, berati ‘ayah dari orang banyak’. Bahkan, Ibrahim juga disebut sebagai nenek moyang ketiga, sesudah Adam dan Nuh alaihissalam.
Ketika Ishaq lahir, Ibrahim berusia 100 tahun. Ia hidup selama 175 tahun, berati setelah 75 yahun usia Ishaq, barulah Ibrahim meninggal. Ishaq menerima tongkat kerasulan sejak Ibrahim meninggal, dan meneruskan tugas-tugas itu di Palestina. Tidak banyak yang dapat diketahui tentang kerasulan Ishaq. Beliau hanya bertugas di Palestina bersama keturunannya. Ishaq menurunkan Ya’kub yang juga menjadi rasul sesudahnya.
Di Masjid Al-Khalil di kota Hebron, Palestina, makam Ibrahim as berdampingan dengan makam Siti Sarah. Setiap jemaah yang mengunjungi Masjid itu, pastilah akan menitikkan air mata. Mereka berdo’a, kemudian melakukan shalat sunnat. Sebab, Ibrahim adalah pejuang yang gigih untuk mengajarkan agama Tauhid, meng-esakan Allah SWT. Namun, kini makamnya diawasi oleh bangsa Yahudi, meski berada di dalam masjid.
Kalau kita kembali menelusuri dari Bapak Ibrahim, maka beliaulah yang menurukan dua jalur agama besar di dua jazirah yang tak pernah aman sampai sekarang. Jalur pertama, melalui Siti Hajar yang menurunkan Ismail di Mekah, kemudian menjadi Tanah suci bagi umat Islam. Sedangkan jalur kedua, melalui Siti Sarah yang menurunkan Ishaq di Palestina, yang kemudian menjadi tanah suci bagi umat Yahudi dan bangsa Israel.
Dikutip dari : Masjidil Aqsha Diambang Pintu Perang Teluk: Luqman Hakim Gayo
Previous
Next Post »
Thanks for your comment