Masih berkaitan berkaitan dengan
tulisan sebelumnya. Perbaikan ummat tak cukup pada diri sendiri saja. Ummat
Islam membutuhkan banyak tentara untuk memberikan banyak perubahan. Tentu saja
sebuah perubahan yang mencuat dan memiliki percepatan tinggi. Bagaimana tidak,
bila perubahan berjalan selambat bekicot hanya akan membiarkan kemungkaran yang
melesat secepat kilat. Maka dari itulah prinsip merubah diri yang disertai
mengajak (merubah) lingkungan dan orang lain mutlak dibutuhkan.
Sayangnya tak banyak orang yang
memenuhi syarat terkahir ini. Untuk yang pertama mungkin hampir setiap orang
memilikinya. Namun kepedulian akan perubahan pada orang lain nyaris tak pernah
terlintas. Semua sibuk dengan kebaikan diri sendiri. Seakan khawatir tak
kebagian jatah tempat di surga, mereka merasa cukup saat merasa dirinya sudah
berada di titik aman akan eksistensinya sebagai manusia kepada Tuhan-nya.
Padahal itu belum cukup.
Mungkin kita istiqomah mengisi kotak
amal masjid setiap jum’at. Tapi itu tidak cukup untuk membantu saudara-saudara
kita membangun masjid di negara seperti Palestina.
Rutin menghadiri bahkan mengisi taklim
setiap pekan tidak kemudian membuat pelaku pergaulan bebas, peminum dan pemakai
narkoba mengubah gaya hidup mereka.
Bahkan rutin tilawah dan berdzikirpun
tidak kemudian menjadikan orang-orang fasik menjadi lebih berilmu dan beriman.
Tidak salah memang. Bahkan sepintas
perilaku ini tampak menjadi yang terbaik. Tapi satu hal yang perlu kita terima
sebagai kenyataan. Tak banyak, bahkan mungkin tak ada seorang pun yang berhasil
menjadi lebih baik dengan kehadiran kita. Jika kita lebih berani menerima
kenyataan, mungkin mereka hanya akan menjadi lebih buruk. Jauh lebih buruk lagi
bila itu terjadi pada kita hanya karena kita tak menyadari lingkungan seutuhnya.
Atau kita malah lari dari lingkungan
karena merasa terganggu oleh orang-orang di sekitar kita untuk mencapai surga.
Orang-orang yang secara hakikat membutuhkan pembinaan untuk bersama-sama
mencapai ridho Allah justru kita jauhi. Kita memang tidak secara langsung dan
tegas menerima perintah dari Allah untuk berdakwah di jalan-Nya. Namun jika
bukan orang yang telah paham akan kebenaran, siapa lagi yang akan menggandeng
mereka untuk belajar? Apakah kita akan menjadi seperti Nabi Yunus yang lari
dari tanggung jawabnya dalam mengajak ummatnya pada kebenaran?
Diri kita sendiri yang menetukan.
ConversionConversion EmoticonEmoticon