Filosofi Pelarian Nabi Yunus A.S. (Merubah Diri dan Orang Lain)



Masih berkaitan berkaitan dengan tulisan sebelumnya. Perbaikan ummat tak cukup pada diri sendiri saja. Ummat Islam membutuhkan banyak tentara untuk memberikan banyak perubahan. Tentu saja sebuah perubahan yang mencuat dan memiliki percepatan tinggi. Bagaimana tidak, bila perubahan berjalan selambat bekicot hanya akan membiarkan kemungkaran yang melesat secepat kilat. Maka dari itulah prinsip merubah diri yang disertai mengajak (merubah) lingkungan dan orang lain mutlak dibutuhkan.

Sayangnya tak banyak orang yang memenuhi syarat terkahir ini. Untuk yang pertama mungkin hampir setiap orang memilikinya. Namun kepedulian akan perubahan pada orang lain nyaris tak pernah terlintas. Semua sibuk dengan kebaikan diri sendiri. Seakan khawatir tak kebagian jatah tempat di surga, mereka merasa cukup saat merasa dirinya sudah berada di titik aman akan eksistensinya sebagai manusia kepada Tuhan-nya. Padahal itu belum cukup.
Mungkin kita istiqomah mengisi kotak amal masjid setiap jum’at. Tapi itu tidak cukup untuk membantu saudara-saudara kita membangun masjid di negara seperti Palestina.
Rutin menghadiri bahkan mengisi taklim setiap pekan tidak kemudian membuat pelaku pergaulan bebas, peminum dan pemakai narkoba mengubah gaya hidup mereka.
Bahkan rutin tilawah dan berdzikirpun tidak kemudian menjadikan orang-orang fasik menjadi lebih berilmu dan beriman.
Tidak salah memang. Bahkan sepintas perilaku ini tampak menjadi yang terbaik. Tapi satu hal yang perlu kita terima sebagai kenyataan. Tak banyak, bahkan mungkin tak ada seorang pun yang berhasil menjadi lebih baik dengan kehadiran kita. Jika kita lebih berani menerima kenyataan, mungkin mereka hanya akan menjadi lebih buruk. Jauh lebih buruk lagi bila itu terjadi pada kita hanya karena kita tak menyadari lingkungan seutuhnya.
Atau kita malah lari dari lingkungan karena merasa terganggu oleh orang-orang di sekitar kita untuk mencapai surga. Orang-orang yang secara hakikat membutuhkan pembinaan untuk bersama-sama mencapai ridho Allah justru kita jauhi. Kita memang tidak secara langsung dan tegas menerima perintah dari Allah untuk berdakwah di jalan-Nya. Namun jika bukan orang yang telah paham akan kebenaran, siapa lagi yang akan menggandeng mereka untuk belajar? Apakah kita akan menjadi seperti Nabi Yunus yang lari dari tanggung jawabnya dalam mengajak ummatnya pada kebenaran?
Diri kita sendiri yang menetukan.
Previous
Next Post »
Thanks for your comment