Filosofi Layouter



Sudah beberapa hari ini saya magang di salah satu kantor media cetak di daerah saya. Menjadi seorang layouter memang susah. Bahkan lebih susah dari yang dibayangkan. Menyusun berita satu per satu agar memenuhi ruang kosong yang ada, sambil lalu menunggu berita-berita lainnya datang. Tentu saja kita tidak tahu berita apa yang berikutnya harus kita sertakan mendampingi berita sebelumnya.

Di sinilah kita belajar mengatur. Tak seperti manajemen waktu yang saya rasa selama ini tak sesulit mengatur layout. Setiap hari saya tak tahu berapa berita yang akan saya susun, berapa panjangnya, berapa jumlah foto dan ukurannya, dan kira-kira seperti apa susunannya nanti. Sebuah layout harus selalu bisa menyesuaikan diri dengan kondisi yang sangat dinamis. Bisa jadi setelah memasukkan beberapa berita harus dirombak total karena berita-berita yang baru masuk. Bisa juga setelah disusun rapi malah ada berita yang dikurangi.
Menyusun layout tentu tak selamanya bergantung pada keberuntungan, karena keberuntungan itu justru harus kitalah yang mengaturnya. Hanya saja perlu waktu untuk menjadi ahli dalam mengatur keberuntungan itu. Bila sedang tak beruntung, berita kurang, foto kurang, sponsor kosong dan menyisakan banyak space polos yang harus diakali dengan ini-itu agar koran tetap terlihat rapi.
Seperti apa pun kondisi berita yang kita terima, harus selalu bisa menyesuaikan diri. Halaman koran harus tetap penuh terisi sesedikit atau sebanyak apapun berita, foto, atau sponsor yang didapat.
Menjadi seorang layouter mengajarkan saya untuk selalu bisa menyesuaikan diri, kreatif, bahkan belajar tipu muslihat agar tampilan halaman korannya terlihat selalu penuh. Tahap peramalan untuk mengambil langkah sebagai antisipasi tidak seakan tak berlaku. Padahal ini yang dahulu sering saya lakukan dan membuat banyak aktivitas saya berjalan lancar. Ya, seorang layouter tak mampu meramal akan seperti apa berita yang dia terima hari ini. Tentu saja itu membuatnya tak perlu merencanakan sebuah antisipasi dalam bentuk gambaran layout.
Peramalan dan antisipasi akan diganti dengan koleksi pengalaman. Pengalaman yang direkam dari berbagai kemungkinan bentuk berita yang di dapat. Seakan membuat sebuah layout cukup memahami seperti apa bentuk berita hari ini yang didapat, dan mencocokkannya dengan rekam pengalaman layout-layout berita terdahulu. Berapa banyakkah koleksi itu dibutuhkan agar cukup menjadi patokan setiap kemungkinan bentuk berita? Apakah sebanyak file-file PDF di server, Gigabyte yang ditampilkan propertiesnya, atau sejumlah data yang dibagi kedalam folder tahun, bulan, tanggal, dan kabupaten.
Ini pengalaman baru.
Previous
Next Post »
Thanks for your comment